Sebuah tas ransel membebani pundak Claudia yang sedang mengikuti
jalur kereta api untuk melanjutkan studinya ke kota besar. Hatinya
bercampur dengan kegembiraan dan keraguan yang menanti dirinya di masa
depan. Claudia bergumam pada dirinya sendiri “Kampus besar itu rasanya
seperti dunia baru bagiku, tapi, apa sih yang sebenarnya ingin aku
capai?”
Claudia kembali menikmati suasana kereta yang melaju, sesekali
berguncang-guncang membuat penumpang oleng ke kanan dan ke kiri, ia
bertemu seorang pemuda dengan rambut sedikit berantakan, yang ternyata
juga melanjutkan studi di kampus yang sama, “Halo, namaku Bagus” Sambil
menunjukkan senyum ramahnya, “Hai, aku Claudia” jawab Claudia sambil
membalas senyumnya. Mereka mulai berbincang tentang jurusan, harapan dan
keraguan mereka. Claudia dan Bagus merasakan keraguan yang serupa
tentang masa depan. “Kadang aku bingung, apa jurusan ini benar-benar
keinginanku atau hanya karena tekanan dari orang tuaku?” ucap bagus
sambil menatap jendela kereta. Claudia berpikir sejenak, “Begitu pula
aku, aku merasa terpecah antara keinginanku dan harapan orang tuaku, apa
yang sebenarnya aku inginkan?” Laju kereta melambat dan akhirnya sampai
di stasiun tujuan mereka.
Keesokan harinya mereka tiba di kampus, terlihat ramai rombongan
mahasiswa baru yang bersemangat. Claudia dan Bagus berjalan menuju
asrama sambil berbagi cerita dan memahami satu sama lain. Beberapa mata
kuliah menjadi favorit Claudia, ia juga menyukai kegiatan
ekstrakurikuler. Namun, ia merasa, semakin banyak keraguan yang tumbuh
di hatinya. “mungkin aku harus coba banyak hal sebelum mengambil
keputusan. Tapi, apa caraku ini benar ya?” batinnya. Sedangkan Bagus
mengikuti banyak kegiatan, ia merasa terjebak dengan ekspektasi dan
tanggung jawab yang semakin besar, ia merenung, “Apa jurusan yang aku
pilih ini sudah benaar? Aku takut mengecewakan banyak orang”
Claudia dan Bagus menghadiri pertemuan mahasiswa baru, mereka bertemu
dengan Ameliya, senior yang terlihat percaya diri dan antusias. Ameliya
memberi semangat dengn suara lantangnya “Semua orang awalnya ragu.
Kalian perlu mengenal diri kalian sendiri dengan baik. Saat kita dalam
kesulitan, kita punya dua pilihan. Bangkit dan menghadapinya, atau
pasrah dan meratapinya. Kadang-kadang kamu hanya perlu mendengarkan
hatimu dan melupakan apa yang pikiranmu katakan. Jangan takut mencoba
hal-hal baru dan mengeksplorasi minat kalian” Claudia dan Bagus
terinspirasi oleh perkataan Ameliya. Mereka mulai menjalin persahabatan
dan saling mendukung di tengah ketidakpastian. Hari demi hari berlalu,
perjalanan yang sulit sudah dialami oleh Claudia dan Bagus. Mereka mulai
menemukan minat dan bakat baru, serta menemukan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan keraguan mereka. Claudia menulis di jurnal Proses
ini mungkin membingungkan, tapi aku yakin aku akan menemukan jawabannya.
Ini adalah perjalanan penemuan diri. Bagus terduduk sambil memegang
pena, ia menulis Walaupun aku masih ragu, setidaknya aku tahu aku tidak
sendiri. Kita bisa menghadapi masa depan bersama.
Bayangan kehidupan kampus yang menegangkan membuat Claudia dan Bagus
menyadari bahwa mencari jawaban adalah bagian dari pertumbuhan. Setiap
langkah yang mereka ambil, meskipun mereka tidak yakin, merupakan
langkah menuju penemuan jati diri dan makna perjalanan mereka. Jangan
ragu melakukan sesuatu yang benar, walaupun tak ada seorangpun yang
menghargai bagaimana sulitnya itu. Jangan pernah ragu membuang hal yang
buruk. Ingatlah, jika ingin terbang tinggi, kamu harus meninggalkan hal
yang memberatkanmu.
*Penulis adalah peserta kelas menulis TBM Sigupai Mambaco